Kamis, 24 September 2009

Holiday /Lebaran Trip - Candi Sigosari( Singhasari) Kab.Malang


Lupain dulu maen Orgen laa. . .Sekalian lebaran kita sekalian kunjung-kunjung sama candi-candi , biar anak anak tahu sedikit tentang tempat bersejarah. Saya sendiri memilihkan candi yang mudah dicapai dan terlewat saat perjalanan lebaran ini. Seperti Candi Singosari ini, betul betul di tengah kota ! ditengah pemukiman mapan.
Ohya di Karawang, tepatnya di Sekitar Batu Jaya, sebelah sana Rengas dengklok ada candi tua ( tahun 700- 800 M ?) yang sedang dipugar, saya perbah ke sana, baru ada satu yang sudah selasai pugar , ada yang besar lagi yg sedang dipugar, gayanya beda, seperti angkor vhat kayaknya ( sok tau ya he eh eh)

Cerita yang saya ingat :
Candi ini katanya dibuat untuk berdharma terhadap Kertanegara, (1268-1292) raja Singosari terakhir. Kertanegara sangat terkenal dengan'ekspedisi Pamalayu' yaitu menjadikan pulau Sumatra sebagai benteng dari serangan Mongol, ia raja pertama yang memalingkan kekuasaaanya ke luar jawa. Kertanegara adalah trah dari Tunggul Ametung dan Ken Dedes, ayahnya adalah Ranggawuni, katanya sejak putranya ini menduduki kekuasaan inilah nama Kerajaan Tumapel menjadi Singhasari. Seperti umum diketahui, Tunggul Ametung (akuwu Tumapel) tewas terbunuh oleh Ken Arok, dan saat iru Ken Dedes Istri tunggul ametung sedang hamil 8 bulan (mengandung Anusapati- kakek dari Kartanegara) dan kemudian Ken Dedes dinikahi oleh Ken Arok . . seru . . saya suka cerita Singosari ini. Lho? kok 8 bulan ?, Iya, Ken Arok baru ngeh dan mempunya rencana besarnya ketika dia melihat tersingkapnya kain Kendedes di suatu sore ketika turun dari kereta kuda, dan ketika itu ken arok melihat kilauan sinar dari singkapan kainnya Ken dedes, Ken arok sendiri saat iru sedang bekerja di keraton Tunggunl Ametung di Tumapel, cuma dia lapor ke resi gurunya, dan dijawab oleh gurunya " bahwa wanita yang kau lihat bercahaya ketika tersingkap kainnya ,m ia akan melahirkan raja raja" lalu singkat cerita Ken Arok memesan keris ke mpu Gandring dan ia minta keris pesanan itu selesai dalam waktu 5 bulan ( ketika itu Kendedes hamil 3 bulan), mpu Gandring mrnyatakan tidak sanggup, ia menyanggupi kalau 7 bulan, singkat cerita, bulan ke 5 ken Arok mengambil keris dari mpu Ganding yng saat itu belum sempurna selesai ( kemudian membunuh mpu Gandring?) lalu ia menitipkan keris itu pada temannya ( yg suka pamer), dan ketika Tunggul Ametung terbunuh, jusrtu yang ditangkap adalah temannya yang ia titipi keris itu bukan Ken Arok ( bergelar Sri Rajasa sang Amurwa bhumi). udah . . udah . . . ntar ketagihan . . .he he he soalnya seru ceritanya, dan kalau diambil cerita dari arah sisi pandang lain yaitu dari wilayah barat (Kerajaan Tarumanagara/Pajajaran) agak lain , tetapi sangat nyambung dengan semua cerita ini . .he he he . . .

Arca Dwarapala:
Di Jawa banyak sekali arca yang memegang Gendir atau pentungan, biasa disebut reco pentung, cuma yang ini lain, Acra dengan pentungan di Singosari, pentungannya mengarah ke bawah, tidak disandarkan di dada ke pundak, katanya melambangkan kedamaian. Di pinggir jalan raya ini ada 2 arca besar yang pada tahun 1980an didudukan dalam pedestal seperti sekarang( dulunya ambles- dan banyak cerita aneh lainnya). Sayang sekali , menurut saya , arca ini kurang terurus dan kuran 'safe' cuma dipagar biasa , jadi sekilas seperti arca buatan baru yang dijual umum, padalah ini arca ada sejak di tempat ini katanya menjadi "alun- alun Singhasari" !

Letaknya:
Di Singosari, Jadi jika kita dari Surabaya, gang nya akan terlewati bis, Surabaya - Malang atau Jember -Malang di gangnya tertulis "Wisata Situs Purbakala" Singosari. Dari situ sangat dekat , paling 1 km, anda akan disambut loeh Candi Singosari ( tinggi 15 meter-an) di sebelah kanan anda, pas di pinggir jalan dan jika perjalanan diteruskan maka anda akan bertemu Arca Drawapala tadi di kiri kanan jalan, Lanjut terus anda akan bertemu per-4-an (foto kanan atas) dimana jika belok kiri kita akan menuju kearah kota tua Tumapel itu !, sekarang ya pemukiman biasa. Terus jika lurus anda akan menuju ke "pemandian Ken Dedes" yang katanya bukan yang asli, karena yang asli ada di sebrang jalan menuju candi ini. Kalau dari Malang?, lebih mudah, karean sudah ada petunjuk yang jekas di kiri jalan, kalau dari arah Surabaya saya lihat tidak ada petunjuk yang jelas ( sayang sekali)

Yang lain dari Candi ini:
Ketika saya masuk ( foto bawah tengah) , masih sangat terasa aroma wangi ( anak saya yang kecil bilang bau) bekas persembahyangan, jadi masih sering orang datang untuk berdoa di sini, katanya juga ada yang datang dari Bali, di Candi lain saya tidak lihat suasana hidup seperti ini.

Di Candi tidak terlalu banyak ornamen hias seperti di Candi lain, jadi lebih banyak untur tumpukan garis, ada juga sih ornamen kepala raksasa. Patung patung yang ada di halaman candi kayaknya sudah tidak asli, karena yang asli ada di museum Jakarta atau bahkan di Belanda (?) . Candi ini selesai di restorasi tahun 1937 ( foto kanan bawah).

Saran buat Pemkab Malang:
Mungkin ada baiknya memberi lantai batu di pelataran candi agar lebih bersih seperti di Candi Penataran atau bahkan Borobudur), Karena saat kan lantai masih tanah, dan ketika pengunjung naik ke candi, pasir ikut nempel di sepatu sehingga banyak bagian candi yang agak kotor.

Ayo ! sambil lewat mau ke Malang kunjungi Candi ini !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan jika ingin comment,bebas aja, terimakasih