Mungkin di rumah bapa dan ibu ?
Bapa nya suka main orgen, anaknya dipaksa belajar orgen dan kemudian menjadi suka atau juga jalan belajar orgen tapi kepaksa . . . .
Banyak anak yang kalau saya tanya "jika jadi pemain Band" tidak ingin jadi pemain orgen tapi ingin jadi pemain drum ! sampai sampai dia minta dibelikan "Dram Tam Tam" yaitu drum yang dijual di toko buku, yang suka di bawa-bawa pengamen di bis kota atau keliling perumahan kita . . . ., itu lho yang pake snare-snare ran (sner sneran, yang kayak tampah) dan Cymbal (ces-ces) , yang harganya ada yang 100 ribu atau 150 ribu, kedua adalah yang ingin jadi pemain 'melodi', lead guitar, intinya lebih keren ! kata mereka. Sedangkan si bapa ingin bisa orgen (tunggal) biar kalau ada acara bisa rame di rumah, gak usah manggil tukang orgen lagi.
Si bapa bekerja, dan pengang orgen jika libur atau saat senggang saja sedangkan si anak (SMP-SMA) main (mungkin) lebih sering karena waktu lebih banyak, tetapi si anak main orgen sehubungan dengan 'grup Band nya' sehingga orgen hanya digunakan sebagai 'synthesizer' sebagai sound generator, jadi fungsi 'pengiring' nya, accompaniment nya jarang digunakan. Ketika si anak di test sama sibapa maka nilainya jelek, karena tidak bisa mengiringi lagu2 si bapa
"ayo dong main lagu2 baru" pinta si bapa
"nggak bisa, bapa aja yang main" jawab si anak dengan malas
"lho . . . gimana, masa dari dulu nggak bisa, kamu kan sering main orgen ini" kesal si bapa.
Padahal kenyataanya, si anak sebetulnya sudah melebihi keinginan bapaknya, cuma dia jarang pamer kebisaan depan keluarganya, karena si bapak kubu nya beda, yaitu lagu oldies . . . yang tidak disukai anaknya. Bahkan si anak bahkan sudah mencoba membuat style dengan bimbingan buku, cuma lagi lagi style lagu anak muda sekarang dan tidak di pamerkan ke bapaknya.
Good !, bapa ibu, jika itu yang ada, itu modal yang sangat berharga, si anak sudah mulai suka, bahkan sudah mencoba otak atik orgen, dari pada ada orgen tapi 'di lewat doang', orgen dianggurin di rumah. Kita juga tidak bisa memaksakan apa yang kita harapkan tentang orgen ini kepada mereka, cuma justru kita nya yang harus giat berlatih, untuk kita sendiri, karena si anak bisa beda jalurnya, dia jalur Band, bukan jalur Ortung (orgen tunggal).
Saya pernah melihat di satu panggung, anak-anak (putri) dan bapaknya "bergantian" mengisi acara dengan genre lagu "yang sama !" ini hebat juga, jadi si anak bisa mengiringi lagu2 oldies (dengan gaya baru tentunya) , jadi bapa nya main orgen anak-anaknya menyanyi, kemudian anak-anaknya bergantian main orgen bapaknya nyanyi .. . he he he ini baru . . irit he he he , ya anak . . ya penyanyi juga . . jadi setoran seusai manggung muter di situ aja he he he . . . . .
bapa ibu, Jika anak anda tidak mau main orgen di depan kita, belum tentu dia tidak bisa, tapi mungkin takut dicela atau di test lagu oldies, jika dia tak mau bertanya pada kita, mungkin dia tidak mau dikenalkan dengan teman ayah nya yang nota bene 'tua juga" dan "tidak se genre" dengan anak kita, istilah mereka nggak asyik, nggak rock and roll !.
kalau bapaknya mungkin membayangkan penyanyi 'gedung tua" lagi lenggak lengok di panggung
siapa yang mau
menghuni gedung tua . . .
siapa yang sudi, singgah di hati ini . . . ( gedung tua) . . he he he he . . .
Sedangkan anaknya membayangkan 'seventeen' main di depan dia . .
Apa yang harus aku lakukan
Untuk membuat kau mencintaiku
Sgala upaya tlah kulakukan untuk mu . . . . ( syair lagu seventeen band)
Nah, saran saya buat bapa ibu yang anaknya 'diam-diam' sudah pandai main orgen, bahkan sudah mencoba membuat style (saya sendiri belum bisa membuat style), kapan-kapan minta dia untuk belajar meniru style buatan orang lain, yang bagus bagus, minta anak kita melihat lihat daleman style tersebut, dan tiru. Karena terkadang sebuah style jadi bagus dengan sentuhan2 instrumen atau pola permainan yang tidak kita duga. Style boleh sama tetapi beda bunyinya . . . sama sama style The Mercys tapi beda . . . . ( nah yang beginian tanya sama Antoni Pasaribu di blog nya . . he he he he).
Minta juga anak kita sering mendekat beberapa jenak jika nonton orgen tunggal, lihat gaya tangan pemain orgen itu, bapak nya lihat yang lain saja he he he he he . . .( lihat tangan pemain melodi itu . . he he he).
Jadi pa, bu
yang di mata kita susah, belum tentu di mata anak kita, mungkin di mata mereka sangat mudah
yang di mata kita enak banget, menurut mereka bisa kebalikanya, nggak rock and roll !
kita sih giat berlatih saja, usahakan juga lihat tangan pemain ortung saat dia perform, syut pake video atau HP juga bisa.
Saya juga lagi terus belajar . . .sama sama lah . . .
Bapa nya suka main orgen, anaknya dipaksa belajar orgen dan kemudian menjadi suka atau juga jalan belajar orgen tapi kepaksa . . . .
Banyak anak yang kalau saya tanya "jika jadi pemain Band" tidak ingin jadi pemain orgen tapi ingin jadi pemain drum ! sampai sampai dia minta dibelikan "Dram Tam Tam" yaitu drum yang dijual di toko buku, yang suka di bawa-bawa pengamen di bis kota atau keliling perumahan kita . . . ., itu lho yang pake snare-snare ran (sner sneran, yang kayak tampah) dan Cymbal (ces-ces) , yang harganya ada yang 100 ribu atau 150 ribu, kedua adalah yang ingin jadi pemain 'melodi', lead guitar, intinya lebih keren ! kata mereka. Sedangkan si bapa ingin bisa orgen (tunggal) biar kalau ada acara bisa rame di rumah, gak usah manggil tukang orgen lagi.
Si bapa bekerja, dan pengang orgen jika libur atau saat senggang saja sedangkan si anak (SMP-SMA) main (mungkin) lebih sering karena waktu lebih banyak, tetapi si anak main orgen sehubungan dengan 'grup Band nya' sehingga orgen hanya digunakan sebagai 'synthesizer' sebagai sound generator, jadi fungsi 'pengiring' nya, accompaniment nya jarang digunakan. Ketika si anak di test sama sibapa maka nilainya jelek, karena tidak bisa mengiringi lagu2 si bapa
"ayo dong main lagu2 baru" pinta si bapa
"nggak bisa, bapa aja yang main" jawab si anak dengan malas
"lho . . . gimana, masa dari dulu nggak bisa, kamu kan sering main orgen ini" kesal si bapa.
Padahal kenyataanya, si anak sebetulnya sudah melebihi keinginan bapaknya, cuma dia jarang pamer kebisaan depan keluarganya, karena si bapak kubu nya beda, yaitu lagu oldies . . . yang tidak disukai anaknya. Bahkan si anak bahkan sudah mencoba membuat style dengan bimbingan buku, cuma lagi lagi style lagu anak muda sekarang dan tidak di pamerkan ke bapaknya.
Good !, bapa ibu, jika itu yang ada, itu modal yang sangat berharga, si anak sudah mulai suka, bahkan sudah mencoba otak atik orgen, dari pada ada orgen tapi 'di lewat doang', orgen dianggurin di rumah. Kita juga tidak bisa memaksakan apa yang kita harapkan tentang orgen ini kepada mereka, cuma justru kita nya yang harus giat berlatih, untuk kita sendiri, karena si anak bisa beda jalurnya, dia jalur Band, bukan jalur Ortung (orgen tunggal).
Saya pernah melihat di satu panggung, anak-anak (putri) dan bapaknya "bergantian" mengisi acara dengan genre lagu "yang sama !" ini hebat juga, jadi si anak bisa mengiringi lagu2 oldies (dengan gaya baru tentunya) , jadi bapa nya main orgen anak-anaknya menyanyi, kemudian anak-anaknya bergantian main orgen bapaknya nyanyi .. . he he he ini baru . . irit he he he , ya anak . . ya penyanyi juga . . jadi setoran seusai manggung muter di situ aja he he he . . . . .
bapa ibu, Jika anak anda tidak mau main orgen di depan kita, belum tentu dia tidak bisa, tapi mungkin takut dicela atau di test lagu oldies, jika dia tak mau bertanya pada kita, mungkin dia tidak mau dikenalkan dengan teman ayah nya yang nota bene 'tua juga" dan "tidak se genre" dengan anak kita, istilah mereka nggak asyik, nggak rock and roll !.
kalau bapaknya mungkin membayangkan penyanyi 'gedung tua" lagi lenggak lengok di panggung
siapa yang mau
menghuni gedung tua . . .
siapa yang sudi, singgah di hati ini . . . ( gedung tua) . . he he he he . . .
Sedangkan anaknya membayangkan 'seventeen' main di depan dia . .
Apa yang harus aku lakukan
Untuk membuat kau mencintaiku
Sgala upaya tlah kulakukan untuk mu . . . . ( syair lagu seventeen band)
Nah, saran saya buat bapa ibu yang anaknya 'diam-diam' sudah pandai main orgen, bahkan sudah mencoba membuat style (saya sendiri belum bisa membuat style), kapan-kapan minta dia untuk belajar meniru style buatan orang lain, yang bagus bagus, minta anak kita melihat lihat daleman style tersebut, dan tiru. Karena terkadang sebuah style jadi bagus dengan sentuhan2 instrumen atau pola permainan yang tidak kita duga. Style boleh sama tetapi beda bunyinya . . . sama sama style The Mercys tapi beda . . . . ( nah yang beginian tanya sama Antoni Pasaribu di blog nya . . he he he he).
Minta juga anak kita sering mendekat beberapa jenak jika nonton orgen tunggal, lihat gaya tangan pemain orgen itu, bapak nya lihat yang lain saja he he he he he . . .( lihat tangan pemain melodi itu . . he he he).
Jadi pa, bu
yang di mata kita susah, belum tentu di mata anak kita, mungkin di mata mereka sangat mudah
yang di mata kita enak banget, menurut mereka bisa kebalikanya, nggak rock and roll !
kita sih giat berlatih saja, usahakan juga lihat tangan pemain ortung saat dia perform, syut pake video atau HP juga bisa.
Saya juga lagi terus belajar . . .sama sama lah . . .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan jika ingin comment,bebas aja, terimakasih